Senin, 20 April 2020

Struktur Perulangan Dengan REPEAT UNTIL (Kondisi di Akhir)

Sebagaimna yang dijelaskan pada materi sebelumnya, bahwa perulangan dengan kondisi persyaratan dapat  di awal maupun di akhir. Keduanya mempunyai fungsi dan tujuan yang sama dan dapat dikonversi satu sama lain. Dari bentuk bentuk persyaratan di di awal  menjadi persyaratan di akhir dan sebaliknya. Namun pada beberapa kasus, ada permasalahan yang lebih cocok jika menggunakan perulangan dengan syarat di awal, namun sebaliknya juga ada permasalahan yang lebih cocok menggunakan perulangan dengan syarat di akhir. 

Kasus 1 
Perhatikan potongan algoritma berikut.














Kasus 2
Perhatikan kedua algoritma ini


Pada dua kasus ini ditunjukkan bagaimana membuat perulangan dengan kondisi di akhir.  Penggunaan kata REPEAT UNTIL menjadi kata kunci dari struktur perulangan ini. 

Perhatikan Kasus 1, diberikan nilai awal i=1, kemudian diperintahkan untuk mengulangi (REPEAT) dua pernyataan perikutnya WRITE “Hello” diikuti penambahan nilai i, i = i+1. Kemudian ada perintah UNTIL (i=10). Artinya perulangan dilakukan sehingga i=10. Dari sini jelas apa peranan i dan kondisi i=10. Variabel i berfungsi sebagai iterator, yaitu variabel yang akan terus menyebabkan perulangan shingga dipenuhi i==10, perulangan baru akan berhenti. Jadi kondisi 1==10 menjadi sentinel nya. Apa  yang terjadi jika tidak ada i atau kondisi, maka bisa jadi perulangan akan terus dilakukan tanpa batas. Maka algoritma menjadi salah karena tidak memnuhi syarat finite (terbatas) seperti yang telah dijelaskan pada Bab-bab awal.

Perhatikan Kasus 2.Pada kasus dua ditunjukkan perbandingan antara dua algoritma. Algoritma 1 dan algoritma 2 menunjukkan dua buah algoritma dengan tujuan sama namun disajikan dengan dua cara yang berbeda. Sama-sama menggunakan perulangan namun pada Algoritma 1 digunakan perulangan dengan kondisi di awal sedangkan pada Algoritma 2 perulangan dengan kondisi di akhir.

Dalam struktur perulangan dengan kondisi di awal, mensyaratkan bahwa perulangan dilakukan selama kondisi tertentu masih dipenuhi. Ini ditandai dengan penggunaan kata kunci WHILE (kondisi) DO. Sebaliknya dalam perulangan dengan kondisi di akhir. Perhatikan proses dalam Algoritma 2 sebagai berikut.

1) a = 5 
2) REPEAT
3)      WRITE a
4)      a = a + 5
5) UNTIL a > 100 
6) END

Pada langkah pertama, diberikan kondisi awal a=5. Perintah REPEAT, berarti ulangi dua perintah di bawahnya:

    WRITE a          
{tuliskan nilai a} 
   
 a=a+5  

{tambahkan a dengan 5} 
sampai kondisi a>100 dipenuhi.

Sehingga dapat ditelusuri tiap langkahnya sebagai berikut
- Nilai awal a =5
- Tuliskn nilai a, yaitu 5
- a=a+5=10
- Dicek apakah a > 100? Belum, maka ulngai perintah kembali
- Tuliskan nilai a, yaitu 10
- a=a+5 = 15 
- Dicek apakah a > 100? Belum, maka ulngai perintah kembali
- Tuliskan nilai a, yaitu 10
- a=a+5 = 20
- Dicek apakah a > 100? Belum, maka ulngai perintah kembali
- Tuliskan nilai a, yaitu 10
- a=a+5 = 25
- Dicek apakah a > 100? Belum, maka ulngai perintah kembali
- Dan seterusnya  sehingga dicapai 
- a=a+5 = 95 
- Dicek apakah a > 100? Belum, maka ulngai perintah kembali
- Tuliskan nilai a, yaitu 95
- a=a+5 = 100
- Dicek apakah a > 100? Belum, maka ulngai perintah kembali
- Tuliskan nilai a, yaitu 100
- a=a+5 = 105
- Dicek apakah a > 100? Iya, maka STOP

Jadi bentuk perulngan dengan kondisi di akhir menggunakan pseudocode adalah sebagai berikut:

REPEAT
     Pernytaan1 
     Pernyataan2
     Dst
UNTIL (kondisi) 


Penyajian dengan flowchart
Ingat kembali penyajian dengan flowcharat untuk kondisi WHILE DO 


Perhatikan gamabr di atas, dalam struktur WHILE DO, selama kondisi benar, perulangan dilakukan, sampai akhirnya ketika kondisi sudah tidak dipenuhi lagi maka keluar dari  perulangan. Bagaimna dengan struktur REPEAT UNTIL? Berikut ini penyajiannya 

Perbandingan  flowchart dari kedua algoritma pada Kasus 2 di atas:


Pembubutan Ulir Pada Mesin bubut


Proses pembubutan ulir pada mesin bubut standar,  pada dasarnya hanyalah alternatif apabila jensis ulir yang diperlukan tidak ada dipasaran umum atau jenis ulir yan dibuat hanya untuk keperluan khusus. Mesin bubut standar didesain tidak hanya untuk membuat ulir saja, sehingga untuk melakukan pembubutan ulir  memerlukan waktu yang relatif lama, hasilnya kurang presisi dan banyak teknik - teknik yang harus dipahami sebelum melakukan pembubutan ulir.

Pembuatan ulir dengan jumlah banyak atau produk masal, pada umunya dilakukan  atau  diproses  dengan cara diantaranya: diroll, dicetak, dipress dan diproses pemesinan dengan mesin yang desainnya hanya khusus digunakan untuk membauat ulir sehingga prosesnya cepat dan hasilnya presisi.

Arah Pemotongan Ulir 
Arah pemotongan ulir tergantung dari jenis ulirnya yaitu ulir kiri atau kanan. Apabila jenis ulirnya kanan, arah pemotongan ulirnya dimulai start awal dari posisi ujung benda kerja bagian kanan, dan untuk ulir kiri, arah pemotongan ulirnya dimulai start awal dari posisi ujung benda kerja bagian
kiri. 
   

Arah pemotongan ulir kanan dan kiri

Kedalaman Pemotongan Ulir 
Untuk mendapatkan kedalamam ulir yang standar pada proses pembubutan ulir segitiga, perlu memiliki acuan yang standar agar prosesnya efisien dan hasilnya dapat memenuhi sesuai tuntutan pekerjaan. Dari uraian materI sebelumnya telah dijelaskan bahwa, kedalaman ulir segitiga jenis metris untuk baud (ulir luar) kedalamannya sebesar “0,61 mm x Kisar”, dan untuk murnya (ulir dalam) kedalamannya sebesar “0,54 mm x Kisar”.  Ketentuan lain sebelum melakukan pemotongan ulir adalah, kurangi diameter nominal ulir sebesar 1/10.K atau d ulir = D nominal x 1/10 K. 


Langkah-langkah Pembubutan Ulir Segitiga
Langkah-langkah dalam melaksanakan pembubutan ulir sigitiga adalah sebagai berikut:

a) Persiapan Mesin
Persiapan mesin sebelum melaksanan pembubutan ulir diantaranya:
  • Chek kondisi mesin dan yakinkan bahwa mesin siap digunakan
  • Aktifkan sumber listrik dari posisi OF kearah ON
  • Tetapkan besarnya putaran mesin dan arah pemakananan
  • Persiapkan susunan roda gigi dalam kotak gigi (gear box) dan atur handel-handelnya sesuai dengan jenis dan kisar ulir/gang yang akan dibuat berdasarkan tabel yang tersedia pada mesin. 

b) Pelaksanan Pembubutan Ulir Segitiga 
  • Siapkan benda kerja, poros atau lubang dengan diameter yang sesuai/diinginkan untuk dibuat ulir dan cekam benda kerja dengan kuat
  • Topang/tahan ujung benda kerja dengan senter putar apabila benda kerja yang akan diulir berukuran yang panjang. 

  • Laksanakan pembubutan benda kerja yang akan diulir sampai pada diameter nominal ulirnya 


  •  Apabila benda kerja sudah siap dilkukan penguliran, lanjutkan persiapan pembubutan ulir dengandaiwalai menyetel ketinggian pahat ulir dan eretan atas pada posisi sesuai ketentuan. 

 
  •  Laksanakan awal pembubutan ulir dengan kedalaman pemakanan diperkirakan tidak terlalu besar. 

  • Lakukan pengecekan kisar ulir dengan mal kisar ulir sebelum dilanjutkan penguliran, dan jika kisar ulir sudah sesuai pembubutan ulir dapat dilanjutkan hingga selesai. 

  • Pada pembubutan ulir yang tidak menggunakan loceng ulir, saat mengembalikan pahat pada posisi semula diperbolehkan dengan kecepatan putar yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan agar supaya prosesnya lebih cepat. 
  • Untuk  pembubutan ulir dengan loceng ulir, pada saat mengembalikan pahat ke ujung benda, tuas mur belah boleh dibuka apabila ulir transportir dengan ulir yang sedang dibuat satu sistem ukuran, misalnya sama-sama metris atau inci dan kisar poros transportir merupakan kelipatan bulat dari kisar ulir yang sedang dibuat. 
  • Apabila pemakanan kedalaman ulir sudah sesuai perhitungan, sebelumdilepas ckeck atau coba dulu dengan mal ulir (trhead gauge) 

  • Apabila pengepasan ulir sudah standar sesuai ketentuan, benda kerja baru boleh dilepas dari pencekamnnya. 
 

Sabtu, 11 April 2020

Struktur Perulangan dengan WHILE DO

Dalam berbagai bahasa pemrograman dikenal struktur WHILE DO, yang berarti selama memenuhi kriteri/kondisi tertentu, maka dilakukan serangkaian proses. Struktur ini dapat diterapkan pada contoh  sebagai berikut.

Algoritma Kelipatan5
Variabel i, a:integer
1) i =1 {i sebagai iterator}
2) a=5
3) WHILE (a< 100) DO
4)      WRITE a
5)       i=i+1
6)       a=5*i
7) END

Alternatif Penyelesaian 
Selain menggunakan bentuk 5x1, 5x2, ..., 5xn sebagai model perulangan kita juga dapat melihat hubungan sebagai berikut:

Suku pertama =5
Suku kedua = 5+5 =10
Suku ketiga = 10+5=15
Suku keempat =15+5=20
Dan seterusnya

Sehingga dapat dilihat hubungan bahwa suku ke-n diperoleh dari suku sebelumnya ditambah dengan 5. Sehingga yang menjadi iterator di sini adalah a itu sendiri dangkan sentinelnya tetap. Sehingga dapat dibuat algoritma alternatif untuk permasalahan di atas sebagai berikut

Algoritma Kelipatan5
Variabel a:integer
1) a=5
2) WHILE (a< 100) DO
3)        WRITE a
4)   a=a+5
5) END

Algoritma ini lebih sederhana bukan? Coba kita telusuri idenya. 
Pertama a=5
Periksa apakah a < 100, iya maka lakukan 
 a=a+5=5+5=10 
Periksa apakah a < 100, iya maka lakukan  
 a=a+5=10+5=15
Periksa apakah a < 100, iya maka lakukan 
 a=a+5=15+5=20
dan seterusnya
Periksa apakah a < 100, iya maka lakukan 
 a=a+5=5+5=10
Periksa apakah a < 100? Tidak maka berhenti

Dari kedua macam solusi di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan struktur perulangan untuk masalah yang sama bisa lebih dari satu. Untuk lebih memperjelas pemahahaman kalian mengenai struktur ini, perhatikan satu contoh brikut.

Contoh 1
Kalian pernah belajar barisan dan deret bilangan kan? Perhatikan barisan berikut :
2, 4, 6, 8, ....

Rancang sebuah algoritma untuk menentukan suku ke -20.

Jawab: 
Pada contoh ini, berhentinya perulangan berdasarkan urutan suku ke berapa.
2, 4, 6, 8 ......

Urutan suku ke-n akan menggunakan hubungan antara n dengan suku ke-n. Ini berarti kita harus menggunakan iterator i sebagaimana contoh pertama yang akan berhenti jika i = n. Untuk menentukan suku ke 20, misalkan dapat dicari dengan algoritma berikut.

Algoritma BarisanGenap
Variabel i,a:integer
1) i=1
2) a=2
3) WHILE i < 20 DO 
4)   i=i+1 
5)   a=a+2
6) WRITE a 
7) END 


Perhatikan algoritma di atas, mengapa menggunakan sentinel i < 20 , bukannya i < = 20? Misalkan digunakan bentuk sentinelnya i < = 20, maka ketika i = 20 masih dapat diolah dalam struktur perulangan hingga nilai i = 21 dan nilai a bukan lagi nilai suku ke 20 tapi nilai suku ke 21 sehingga  tidak sesuai dengan tujuan.  

Penyajian struktur perulangan WHILE DO dengan flowchart

Pada prinsipnya strutur WHILE DO adalah struktur perulangan dengan menggunakan persyaratan (percabangan di depan).  Jika syarat dipenuhi maka proses dilanjutkan pada sebuah blok yang terdiri serangkaian operasi. Di akhir blok maka aliran proses dikembalikan ke atas, yaitu pada syarat yang ditetapkan di awal. Aliran ini ditunjukkan oleh garis panah. Berikut ini flowchart secara umum dari struktur WHILE (kondisi) DO Pernyataan 



Dengan flowchart dapat disajikan algoritma pada kasus 1 sebagai berikut.



Sedangkan pada kasus dua 

Parameter Pemotongan Pada Mesin Bubut

Yang dimaksud dengan parameter pemotongan pada mesin bubut adalah, informasi berupa dasar-dasar perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang medasari teknologi proses pemotongan/penyayatan pada mesin bubut diantaranya. Parameter pemotongan pada mesin bubut meliputi: kecepatan potong (Cutting speed - Cs), kecepatan putaran mesin (Revolotion Permenit - Rpm), kecepatan pemakanan   
(Feed – F) dan waktu proses pemesinannya.

a. Kecepatan potong (Cutting speed – Cs ) 

Yang dimaksud dengan kecepatan potong (Cs) adalah kemampuan alat potong menyayat bahan dengan aman menghasilkan tatal dalam satuan panjang/waktu  (meter/menit atau feet/menit). Pada gerak putar seperti mesin bubut, kecepatan potongnya (Cs) adalah: Keliling lingkaran benda kerja (π.d) dikalikan dengan putaran (n). atau: Cs = π.d.n Meter/menit.

Keterangan:
d : diameter benda kerja  (mm) 
n : putaran mesin/benda kerja (putaran/menit - Rpm)
π : nilai konstanta = 3,14

Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum dikerjakan pada proses pemesinan, sudah teliti/diselidiki para ahli dan sudah patenkan pada ditabelkan kecepatan potong. Sehingga dalam penggunaannya tinggal menyesuaikan antara jenis bahan yang akan dibubut dan jenis alat potong yang digunakan. Sedangkan untuk bahan-bahan khusus/spesial, tabel Cs-nya dikeluarkan oleh pabrik pembuat bahan tersebut. 
Pada tabel kecepatan potong (Cs) juga disertakan jenis bahan alat potongnya. Yang pada umumnya, bahan alat potong dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu HSS (High Speed Steel) dan karbida (carbide). Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa dengan alat potong yang bahannya karbida, kecepatan potongnya lebih cepat jika dibandingkan dengan alat   potong HSS.



b. Kecepatan Putaran Mesin Bubut (Revolotion Per Menit - Rpm)  

Yang dimaksud kecepatan putaran mesin bubut adalah, kemampuan kecepatan putar mesin bubut untuk melakukan pemotongan atau penyayatan dalam satuan putaran/menit. Maka dari itu untuk mencari besarnya putaran mesin sangat dipengaruhi oleh seberapa besar kecepatan potong dan keliling benda kerjanya.
Mengingat nilai kecepatan potong untuk setiap jenis bahan sudah ditetapkan secara baku, maka komponen yang bisa diatur dalam proses penyayatan adalah putaran mesin/benda kerjanya. Dengan demikian rumus dasar untuk menghitung putaran mesin bubut adalah:


Karena satuan kecepatan potong (Cs) dalam meter/menit sedangkan satuan diameter benda kerja dalam milimeter, maka satuannya harus disamakan terlebih dahulu yaitu dengan mengalikan nilai kecepatan potongnya dengan angka 1000 mm. Maka rumus untuk putaran mesin menjadi: 

 Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm)
Cs : kecepatan potong (meter/menit)
π : nilai konstanta = 3,14

 Contoh 1:
Sebuah baja lunak berdiameter  60 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 25 meter/menit. Pertanyaannya adalah: Berapa besar putaran mesinnya ?.
Jawaban: 
n = 132,696 Rpm


Jadi kecepatan putaran mesinnya adalah sebesar 132,69 Rpm

Contoh 2:
Sebuah baja lunak berdiameter  2 inchi, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 20 meter/menit. Pertanyaannya adalah: Berapa besar putaran mesinnya ?.

Jawaban:
Satuan inchi bila dijadikan satuan mm harus dikalikan 25,4 mm. Dengan demikian diamter  2 inchi = 2x25,4=50,8 mm. Maka putaran mesinnya adalah: 

 Jadi putaran mesinnya adalah sebesar 125,382 Rpm.
Hasil perhitungan di atas pada dasarnya sebagai acuan dalam menyetel putaran mesin agar sesuai dengan putaran mesin yang tertulis pada tabel yang ditempel di mesin tersebut. Artinya, putaran mesin aktualnya dipilih dalam tabel pada mesin yang nilainya paling dekat dengan hasil perhitungan di atas. 

c. Kecepatan Pemakanan (Feed - F) – mm/menit

Kecepatan pemakanan atau ingsutan ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa factor, diantaranya: kekerasan bahan, kedalaman penyayatan, sudut-sudut  sayat alat potong, bahan alat potong, ketajaman alat potong dan kesiapan mesin yang akan digunakan. Kesiapan mesin ini dapat diartikan, seberapa besar kemampuan mesin dalam mendukung tercapainya kecepatan pemakanan yang optimal. Disamping beberapa pertimbangan tersebut, kecepatan pemakanan pada umumnya untuk proses pengasaran ditentukan pada kecepatan pemakanan tinggi karena tidak memerlukan hasil pemukaan yang halus (waktu pembubutan lebih cepat), dan pada proses penyelesaiannya/finising digunakan kecepatan pemakanan rendah dengan tujuan mendapatkan kualitas permukaan hasil penyayatan yang lebih baik sehingga hasilnya halus (waktu pembubutan lebih cepat).
Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin bubut ditentukan oleh seberapa besar putaran mesinnya (n) dalam satuan putaran. Maka rumus untuk mencari besar  bergesernya pahat bubut  (f) dalam satuan mm/putaran dikalikan seberapa kecepatan pemakanan (F) adalah: F = f x n  (mm/menit)       
Keterangan:
f= besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/putaran)
n= putaran mesin (putaran/menit) 
Contoh  1:
Sebuah benda kerja akan dibubut dengan putaran mesinnya (n) 600 putaran/menit dan besar pemakanan (f) 0,2 mm/putaran. Pertanyaannya adalah: Berapa besar kecepatan pemakanannya ?.

Jawaban:
F = f x n
F =  0,2 x 500 = 120 mm/menit.
Pengertiannya adalah, pahat bergeser sejauh 120 mm, selama satu menit. 

Contoh  2:
Sebuah benda kerja berdiameter 40 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 25 meter/menit dan besar pemakanan (f) 0,2 mm/putaran. Pertanyaannya dalah: Berapa besar kecepatan pemakanannya ?
Jawaban: 

                                F = f x n
                                F =  0,2 x 199 = 39,8 mm/menit.

Pengertiannya adalah, pahat bergeser sejauh 39,8 mm, selama satu menit. 

Soal Latihan

1. Sebuah baja lunak berdiameter  35 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 22 meter/menit. Pertanyaannya adalah: Berapa besar putaran mesinnya ?.

2. Sebuah benda kerja akan dibubut dengan putaran mesinnya (n) 700 putaran/menit  dan besar pemakanan (f) 0,25 mm/putaran. Pertanyaannya adalah: Berapa besar kecepatan pemakanannya ?.



Selasa, 07 April 2020

Struktur Kontrol Perulangan


Dua struktur utama, percabangan dan perulangan merupakan struktur yang tidak terpisahkan dengan algoritma dan pemrograman. Struktur perulangan memungkinkan algoritma  untuk melakukan serangkaian perintah secara berulang-ulang. Dan untuk memenuhi syarat bahwa algoritma harus finite (terbatas) maka dalam perulangan pasti ada titik pemberhentian. Jika ternyata dalam sebuah kasus perulangan tidak mencapai titik berhenti maka dapat dikatakan algoritma tersebut salah.

Titik pemberhentian dapat diberikan dengan beberapa cara, sebagai berikut.

1. Pemberhentian dengan syarat
Pemberhentian dengan syarat artinya ada sebuah kondisi yang akan menyebabkan perulangan berhenti. Pemberian syarat ini juga dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Syarat diberikan di awal, di mana selama persayaratan dipenuhi maka dilakukan serangkaian perintah

b. Syarat diberikan di akhir, di mana proses akan diulang-ulang sampai syarat dipenuhi.

Bedakan antara kedua kalimat pada a dan b. Ketika syarat diberikan di awal, maka selama persayaratan itu dipenuhi , maka perulangan dilakukan. Jika kondisi sudah tidak dipenuhi maka berhenti. Sedangakan pada kasus syarat di akhir, dikerjakan serangkaian langkah. Setiap selesai rangkaian langkah diperiksa apakah kondisi sudah dicapai, jika belum maka proses  diulangi lagi. 

2. Pemberhentian dengan pencacah
Pemberhentian dengan pencacah, artinya dari awal sudah ditentukan bahwa perulangan akan dilakukan berapa kali. Pencacah ini juga ada dua macam cara, yaitu: 

a. Pencacah naik
Pemberhentian dengan pencacah naik artinya untuk suatu pencacah, misalkan i dari 1 sampai 100 lakukan rangkaian langkah x.  Artinya langkah tersebut akan diulangi sebanyak seratus kali

b. Pencacah turun
Pemberhentian dengan pencacah turun , artinya sebaliknya untuk suatu pencacah i dari
100 sampai 1 lakukan rangkaian langkah x, artinya langkah x akan diulangi sebanyak
seratus kali.

Penggunaan beberapa macam pemberhentian di atas tergantung dari situasi dan kondisi, untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada tiap-tiap kegiatan Belajar.

Baik, pada Kegiatan Belajar pertama ini dimulai dengan struktur perulangan dengan sayarat di depan. 
Perhatikan kembali dua permasalahan di atas.

Kasus 1
Diketahui potongan algoritma berikut: 

Algoritma Perulangan1
Variabel i : integer 
1) i=1
2) WHILE (i<=10)
3)   WRITE “Hello”
4)   i=i+1 
5) END 


Jika ditelusuri maka, akan menghasilkan proses sebagai berkut.
Mula-mula nilai i =1. Selama i<=10 maka cetak kata kata “Hello” dan naikkan nilai i = i+1
Dengan demikian urutan perintah yang dilakukan adalah:
- Mulai i=1
- Cek apakah i<=10? Iya karena i=1, berarti cetak “Hello”, tambahkan i = i+1=2
- Cek apakah i<=10? Iya karena i=2, berarti cetak “Hello”, tambahkan i = i+1=3 
- Cek apakah i<=10? Iya karena i=3, berarti cetak “Hello”, tambahkan i = i+1=4
- Cek apakah i<=10? Iya karena i=4, berarti cetak “Hello”, tambahkan i = i+1=5
- Cek apakah i<=10? Iya karena i=5, berarti cetak “Hello”, tambahkan i = i+1=6
- Cek apakah i<=10? Iya karena i=6, berarti cetak “Hello”, tambahkan i = i+1=7
- Cek apakah i<=10? Iya karena i=7, berarti cetak “Hello”, tambahkan i = i+1=8
- Cek apakah i<=10? Iya karena i=8, berarti cetak “Hello”, tambahkan i = i+1=9
- Cek apakah i<=10? Iya karena i=9, berarti cetak “Hello”, tambahkan i = i+1=10
- Cek apakah i<=10? Iya karena i=10, berarti cetak “Hello”, tambahkan i = i+1=11
- Cek apakah i<=10? Tidak karena i=11, berarti STOP keluar dari perulangan, END.
- Jadi dengan dmeikian kata “Hello” dicetak 10 kali.

Kasus 2
Pada kasus 2, diminta membuat algoritma untuk menuliskan semua bilangan kelipatan 5 
yang kurang dari 100. 
5 10 15 20 25 ... 95
Strategi yang harus dijalankan adalah menentukan:
1) Tentukan iterator, yaitu variabel yang berperan sebagai penggerak perulangan
2) Tentukan sentinel, syarat perulangan yang dibutuhkan agar perulangan dapat berhenti.
Untuk memecahkan permasalahan tersebut, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan.
Jika 5, 10, 15, adalah suku dari sebuah barisan, bagaimana cara mendapatkan setiap sukunya? Bisa dari rumus suku ke-n atau menghubungkan antara suku ke n dengan suku sebelumnya. Kita tahu bahwa barisan di atas dapat dituliskan ulang dalam bentuk 5x1, 5x2, 5x3,
dan seterusnya, maka dalam hal ini bilangan 1, 2, 3 sebagai iterator, selanjutnya dapat dituliskan 
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. 
 1) Nilai awal i =1 {i sebagai iterator}
2) Suku awal, a=5
3) Selama a< 100 maka lakukan langkah berikut     {syarat a <  100 disebut sentinel}
4)       Tuliskan a;
5)       i=i+1;
6)       a=5*i
7) Selesai

Dalam tiap perulangan iterator dan sentinel harus ada. Iterator akan menjamin perulangan dilakukan hingga mencapai kondisi (sentinel) dipenuhi sedangkan sentinel akan menjamin perulangan akan berhenti. 
Perhatikan potongan algoritma di atas, kita dapat menelusuri algoritma di atas sebagai  berikut.

Pertama nilai i=1 dan a=5 
Diperiksa apakah a < 100 ? Iya, maka perintah berikutnya dijalankan
 Tuliskan a                       {output: 5}
 i=i+1=2                          {nilai i menjadi 2} 
 a=5*i=5*2=10                {nilai a menjadi 10} 

Di akhir struktur maka, kembali ke atas untuk diperiksa persyaratan Apakah a < 100? Iya, maka perintah berikutnya dijalankan lagi
 Tuliskan a                       {output: 10}
 i=i+1=3                          {nilai i menjadi 3} 
 a=5*i=5*3=15               {nilai a menjadi 15} 
Di akhir struktur maka, kembali ke atas untuk diperiksa persyaratan Apakah a < 100? Iya, maka perintah berikutnya dijalankan lagi
 Tuliskan a                       {output: 15}
 i=i+1=4                          {nilai i menjadi 4} 
 a=5*i=5*4=20               {nilai a menjadi 20}
dan seterusnya sehingga ketika a=95, i=19
Apakah a < 100? Iya, maka perintah berikutnya dijalankan lagi
 Tuliskan a                       {output: 95}
 i=i+1=20                        {nilai i menjadi 20} 
 a=5*i=5*20=100           {nilai a menjadi 100} 
Apakah a < 100? Tidak, perulangan maka berhenti 

Jadi keluaran dari algoritma adalah  5 10 15 ... 95

Jumat, 03 April 2020

Pahat Bubut Ulir

Pahat Bubut Ulir Segitiga

Pembuatan ulir segitiga yang sering dilakukan pada mesin bubut yang pada umumnya adalah jenis ulir metris (M) dan withwort (W). Jenis ulir metris memiliki sudut puncak ulir sebesar 60º  dan ulir withwort  55º. Besarnya sudut pahat bubut ulir harus disesuaikan dengan jenis ulir yang akan dibuat dan sudut-sudut kebebasan potongnya harus dihitung sesuai dengan kisar atau gangnya.
Pahat Bubut Ulir Metris 


Pahat Bubut Ulir Withwort



Pahat Bubut Ulir Segi Empat

Seperti halnya pahat bubut ulir segitiga, besaran sudut-sudut kebebasan pahat bubut ulir segi empat tergantung dari kisar/ gang yang akan dibuat. Lebar pahat untuk ulir yang tidak terlalu presisi penambahannya sebesar 0,5 mm. Sedangkan untuk sudut-sudut kebebasan potongnya harus dihitung sesuai dengan kisar atau gangnya. 

Pahat Bubut Ulir Segi Empat


Untuk mendapatkan sudut bebas sisi samping pahat bubut ulir yang standar, sebelum melakukan penggerindaan atau pengasahan sudut-sudut kebebebasanya harus dihitung terlebih dahulu sesuai kisar/gang ulir yang dibuat agar supaya mendapatkan sisi potong dan sudut kebebasan yang baik. Sebagai ilustrasi, sebuah ulir apabila dibentangkan dari titik awalnya, maka akan membentuk sebuah segitiga siku-siku.
Ilustrasi Bentangan Ulir


Berdasarkan gambar tersebut diatas, sudut uliran atau kisarnya dapat dicari dengan rumus: 


Pada saat penyayatan, sisi depan pahat ulir dibatasi oleh sisi uliran pada diameter terkecil/minor diameter (d1) dan sisi belakangnya dibatasi oleh sisi uliran pada diameter terbesarnya/ mayor diameter (d). Dengan demikian, agar pahat ulir tidak terjepit pada saat digunakan perlu adanya penambahan sudut kebebasan pada saat penggerindaan yaitu masing-masing sisi ditambah antara 1º ÷ 3º), sehingga didapat: 
› Sudut bebas sisi depan:
Sudut kisar pada diameter terkecil  (d1) + Kebebasan  = α pada d1+ 1º 
› Sudut bebas sisi belakang:
Sudut kisar pada diameter terbesar (d) + Kebebasan  = α pada d - 1º


Dimensi Ulir Segitiga

Senin, 30 Maret 2020

IF BERSARANG (NESTED IF)

If bersarang atau nested if adalah percabangan di dalam percabangan. Kita bisa memasukkan struktur if then di dalam struktur if then yang lain sehingga bisa membentuk sesuatu yang lebih kompleks, berbeda saat kita hanya menggunakan percabangan biasa. Bentuk umum dari if bersarang adalah sebagai berikut:
If (kondisi1) then
If (kondisi2) then
Pernyataan1;
Else 
                      Pernyataan2;
Else
                               Pernyataan3;
Diberikan masalah sebagai berikut :
Sebuah dealer memberikan daftar harga per merk berikut adalah daftar harga motor di dealer tersebut:
a. Honda
Supra x 125       : 15000000
Megapro            : 18000000
Tiger                  : 25000000
b. Yamaha
Jupiter                : 17000000
Mio                     : 13000000
Vixion                 : 22000000
c. Suzuki
Nex                      : 12000000
Satria FU             : 18000000
Smash                 : 13000000
Dari Ketentuan diatas akan dibuat algoritma untuk mengetahui harga motor yang di pilih pelanggan.
Perhatikan contoh di atas, kita bisa membagi permasalahan dulu berdasarkan pabrikan, yaitu Honda,Yamaha, dan Suzuki, selanjutnya tiap-tiap pabrikan dipecah lagi berdasarkan jenis motor. Misalkan Honda menjadi Supra, megapro, dan Tiger; Yamaha menjadi Jupiter, Mio dan Vixion. Dengan demikian kita dapat menuliskan struktur algoritma seperti berikut.

flowchart dari penyelesaian kasus diatas bisa digambarkan sebagai berikut: