Krisis energi akibat melambungnya harga minyak mentah dunia, telah mendorong sebagian kalangan terus mencari solusi. Para peneliti dan akademisi di Yogyakarta misalnya, telah melakukan eksplorasi energi alternatif pengganti BBM dari air laut.
Meski mungkin masih kontroversial, penemuan baru ini patut dikembangkan sebagai sumber energi masa depan. Implikasi pengembangan produk energi alternatif dari air laut ini sangat luas, seperti pengurangan beban biaya produksi semua sektor, dan secara langsung akan menghemat anggaran negara untuk subsidi BBM. Sekadar ilustrasi, subsidi BBM untuk tahun 2007 sudah mencapai Rp 50,64 triliun.
Mereka yang berhasil menemukan energi baru dari air laut adalah para peneliti di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Temuan energi alternatif itu telah dipatenkan dengan nama ‘Banyugeni’, yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘air api’.
Sesuai namanya, Banyugeni merupakan energi berasal dari air (hidrofuel). Banyugeni mempunyai varian produk berupa hidro-kerosene (setara minyak tanah), hidro-diesel (setara solar), hidro-premium (setara bensin), dan hidro-avtur (setara bahan bakar jet). Produk-produk itu akan terus dikembangkan untuk mendapatkan kualitas terbaiknya.
Untuk menghasilkan hidrofuel, digunakan teknologi mekanotermal-elektrokemis yang mencakup empat macam proses, yaitu mekanik (gerak), thermal (panas), listrik, dan kimiawi.
Perpaduan keempat proses itu, dengan bahan baku air yang sangat natural, akan menghasilkan beberapa produk bahan bakar yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan.
Kandungan unsur dan sifat bahan bakar yang sudah diolah pada Banyugeni memungkinkannya langsung digunakan pada mesin tanpa terlebih dahulu mengubah atau memodifikasi komponen.
Hasil uji coba menunjukkan hidro-kerosene dapat langsung digunakan untuk menyalakan kompor minyak tanah, lampu minyak, atau petromaks.
Pun hidro-diesel dapat langsung digunakan pada mesin diesel atau mobil dengan bahan bakar solar, sedangkan hidro-premium dapat langsung digunakan pada mobil, motor, atau mesin berbahan bakar bensin dan pesawat aeromodeling.
Sementara hidro-avtur telah diujicobakan pada mesin berbahan bakar jet, misalnya untuk pesawat aeromodeling.
Inspirasi penelitian hidrofuel ini, sebagaimana dikemukakan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Dr Khoiruddin Bashori, berasal dari ayat-ayat Al-Qur'an, At-Thur ayat 6 dengan kata kunci 'perhatikan laut yang berapi', Al-Anbiya' ayat 30 ('Kami jadikan dari air segala sesuatu hidup'), dan At-Takwir ayat 6 ('apabila laut dipanaskan’).
Berdasarkan ayat-ayat tersebut, para peneliti UMY berupaya mengakomodasikan sinyal-sinyal teknologi yang termaktub dalam al-Qur'an, dengan melakukan penelitian dan pengembangan.
Produk-produk dari air laut itu itu aman digunakan. "Tidak korosif, beremisi sangat rendah, dan tidak menyisakan banyak residu," kata Khoiruddin.
Hidro-premium tidak bersifat korosif sehingga tidak menyebabkan karat (skala copper strip corrosion 1a). Ia juga tidak meninggalkan residu (hanya 0,5% vol dari maksimal 2,0 % vol yang diijinkan).
Selain itu kandungan bahan pencemar dari emisi bahan bakar ini sangat rendah, antara lain kandungan sulfur hanya 0,03% wt (dari maksimal 0,05 % wt yang diijinkan) dan kandungan timbal (Pb) hampir nol (dari maksimal 0,013 yang diijinkan). Pada pengujian terhadap pesawat aeromodeling, bahan bakar ini ternyata cukup bagus, memberikan rpm di atas 16.000.
Hidro-avtur juga tidak korosif dan beremisi rendah (total sulfur hanya 10% dari maksimal yang dipersyaratkan) dan tidak mudah membeku (freezing point -45oC). Dari pengujian terhadap pesawat aeromodeling, bahan bakar ini dapat digolongkan sebagai bahan bakar jet.
Untuk penggunaan sebagai jet-fuel, hidro-avtur ini sangat istimewa karena akan tetap bersifat dingin. Ia memiliki IBP (initial boiling point) 164 derajat Celcius. Demikian juga Hidro-diesel, tidak bersifat korosif (copper strip 1a), IBP 201 derajat Celcius, beremisi rendah, dan tidak meninggalkan residu berlebihan, dengan indeks Cetane 51,3.
Hasil pengujian terhadap hidro-kerosene memperlihatkan bahwa bahan bakar rakyat tersebut tidak korosif (copper strip corrosion 1a), IBP 161oC, tidak beracun dan tidak beremisi (total sulfur 0,03% wt dari max 0,2% wt yang diijinkan), dan tidak meninggalkan residu (hanya 0,5 %vol).
Produk-produk itu telah diuji di PT CoreLab Indonesia, sebuah laboratorium internasional yang independen. Hasilnya secara meyakinkan menunjukkan bahwa keempat varian Banyugeni itu telah memenuhi standar Ditjen Migas.
Para ilmuwan Universita Muhammadiyah Yogyakarta (UGM) itu menyatakan, penelitian ini akan terus dikembangkan, tidak saja pada level laboratorium, namun juga level industri. Tentu saja diharapkan temuan ini dapat memenuhi kebutuhan energi pada sektor transportasi, industri, dan sektor rumah tangga dengan harga yang murah.
source: inilah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar