Sabtu, 11 April 2020

Parameter Pemotongan Pada Mesin Bubut

Yang dimaksud dengan parameter pemotongan pada mesin bubut adalah, informasi berupa dasar-dasar perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang medasari teknologi proses pemotongan/penyayatan pada mesin bubut diantaranya. Parameter pemotongan pada mesin bubut meliputi: kecepatan potong (Cutting speed - Cs), kecepatan putaran mesin (Revolotion Permenit - Rpm), kecepatan pemakanan   
(Feed – F) dan waktu proses pemesinannya.

a. Kecepatan potong (Cutting speed – Cs ) 

Yang dimaksud dengan kecepatan potong (Cs) adalah kemampuan alat potong menyayat bahan dengan aman menghasilkan tatal dalam satuan panjang/waktu  (meter/menit atau feet/menit). Pada gerak putar seperti mesin bubut, kecepatan potongnya (Cs) adalah: Keliling lingkaran benda kerja (π.d) dikalikan dengan putaran (n). atau: Cs = π.d.n Meter/menit.

Keterangan:
d : diameter benda kerja  (mm) 
n : putaran mesin/benda kerja (putaran/menit - Rpm)
π : nilai konstanta = 3,14

Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum dikerjakan pada proses pemesinan, sudah teliti/diselidiki para ahli dan sudah patenkan pada ditabelkan kecepatan potong. Sehingga dalam penggunaannya tinggal menyesuaikan antara jenis bahan yang akan dibubut dan jenis alat potong yang digunakan. Sedangkan untuk bahan-bahan khusus/spesial, tabel Cs-nya dikeluarkan oleh pabrik pembuat bahan tersebut. 
Pada tabel kecepatan potong (Cs) juga disertakan jenis bahan alat potongnya. Yang pada umumnya, bahan alat potong dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu HSS (High Speed Steel) dan karbida (carbide). Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa dengan alat potong yang bahannya karbida, kecepatan potongnya lebih cepat jika dibandingkan dengan alat   potong HSS.



b. Kecepatan Putaran Mesin Bubut (Revolotion Per Menit - Rpm)  

Yang dimaksud kecepatan putaran mesin bubut adalah, kemampuan kecepatan putar mesin bubut untuk melakukan pemotongan atau penyayatan dalam satuan putaran/menit. Maka dari itu untuk mencari besarnya putaran mesin sangat dipengaruhi oleh seberapa besar kecepatan potong dan keliling benda kerjanya.
Mengingat nilai kecepatan potong untuk setiap jenis bahan sudah ditetapkan secara baku, maka komponen yang bisa diatur dalam proses penyayatan adalah putaran mesin/benda kerjanya. Dengan demikian rumus dasar untuk menghitung putaran mesin bubut adalah:


Karena satuan kecepatan potong (Cs) dalam meter/menit sedangkan satuan diameter benda kerja dalam milimeter, maka satuannya harus disamakan terlebih dahulu yaitu dengan mengalikan nilai kecepatan potongnya dengan angka 1000 mm. Maka rumus untuk putaran mesin menjadi: 

 Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm)
Cs : kecepatan potong (meter/menit)
π : nilai konstanta = 3,14

 Contoh 1:
Sebuah baja lunak berdiameter  60 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 25 meter/menit. Pertanyaannya adalah: Berapa besar putaran mesinnya ?.
Jawaban: 
n = 132,696 Rpm


Jadi kecepatan putaran mesinnya adalah sebesar 132,69 Rpm

Contoh 2:
Sebuah baja lunak berdiameter  2 inchi, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 20 meter/menit. Pertanyaannya adalah: Berapa besar putaran mesinnya ?.

Jawaban:
Satuan inchi bila dijadikan satuan mm harus dikalikan 25,4 mm. Dengan demikian diamter  2 inchi = 2x25,4=50,8 mm. Maka putaran mesinnya adalah: 

 Jadi putaran mesinnya adalah sebesar 125,382 Rpm.
Hasil perhitungan di atas pada dasarnya sebagai acuan dalam menyetel putaran mesin agar sesuai dengan putaran mesin yang tertulis pada tabel yang ditempel di mesin tersebut. Artinya, putaran mesin aktualnya dipilih dalam tabel pada mesin yang nilainya paling dekat dengan hasil perhitungan di atas. 

c. Kecepatan Pemakanan (Feed - F) – mm/menit

Kecepatan pemakanan atau ingsutan ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa factor, diantaranya: kekerasan bahan, kedalaman penyayatan, sudut-sudut  sayat alat potong, bahan alat potong, ketajaman alat potong dan kesiapan mesin yang akan digunakan. Kesiapan mesin ini dapat diartikan, seberapa besar kemampuan mesin dalam mendukung tercapainya kecepatan pemakanan yang optimal. Disamping beberapa pertimbangan tersebut, kecepatan pemakanan pada umumnya untuk proses pengasaran ditentukan pada kecepatan pemakanan tinggi karena tidak memerlukan hasil pemukaan yang halus (waktu pembubutan lebih cepat), dan pada proses penyelesaiannya/finising digunakan kecepatan pemakanan rendah dengan tujuan mendapatkan kualitas permukaan hasil penyayatan yang lebih baik sehingga hasilnya halus (waktu pembubutan lebih cepat).
Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin bubut ditentukan oleh seberapa besar putaran mesinnya (n) dalam satuan putaran. Maka rumus untuk mencari besar  bergesernya pahat bubut  (f) dalam satuan mm/putaran dikalikan seberapa kecepatan pemakanan (F) adalah: F = f x n  (mm/menit)       
Keterangan:
f= besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/putaran)
n= putaran mesin (putaran/menit) 
Contoh  1:
Sebuah benda kerja akan dibubut dengan putaran mesinnya (n) 600 putaran/menit dan besar pemakanan (f) 0,2 mm/putaran. Pertanyaannya adalah: Berapa besar kecepatan pemakanannya ?.

Jawaban:
F = f x n
F =  0,2 x 500 = 120 mm/menit.
Pengertiannya adalah, pahat bergeser sejauh 120 mm, selama satu menit. 

Contoh  2:
Sebuah benda kerja berdiameter 40 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 25 meter/menit dan besar pemakanan (f) 0,2 mm/putaran. Pertanyaannya dalah: Berapa besar kecepatan pemakanannya ?
Jawaban: 

                                F = f x n
                                F =  0,2 x 199 = 39,8 mm/menit.

Pengertiannya adalah, pahat bergeser sejauh 39,8 mm, selama satu menit. 

Soal Latihan

1. Sebuah baja lunak berdiameter  35 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 22 meter/menit. Pertanyaannya adalah: Berapa besar putaran mesinnya ?.

2. Sebuah benda kerja akan dibubut dengan putaran mesinnya (n) 700 putaran/menit  dan besar pemakanan (f) 0,25 mm/putaran. Pertanyaannya adalah: Berapa besar kecepatan pemakanannya ?.



13 komentar:

Anonim mengatakan...

Muhammad Rifki XI TP 2 Hadir

Anonim mengatakan...

Rahmat Maulana XI TP 2 Hadir

Unknown mengatakan...

Herianto Hermawan XI Tp² Hadir

Unknown mengatakan...

Riza Ramandha XI TP 1 /hadir

Unknown mengatakan...

Deden wahyudin p XI TP 2 Hadir

Unknown mengatakan...

Sandi Ramdani xi Tp1 hadir

Asep Nurdin Wiraguna mengatakan...

Asep Nurdin XI Tp2 hadir

Anonim mengatakan...

Arya maulana ginting suka XI Tp2 hadir

Deni oktapiandi mengatakan...

Deni oktapiandi XI TP1/hadir

Gungun Gunawan mengatakan...

Gungun Gunawan XI Tp² Hadir

Unknown mengatakan...

Hikmal Maulana Xl TP1/Hadir

Faizzal prakasa theo mengatakan...

Faizzal prakasa Theo XI TP1/Hadir

Sabiul mengatakan...

Sabiul Azis XI Tp 1/Hadir